07 Februari 2013

1+1=2 atau 1+1=3 ?

Aku menghadiri PTM (Parent Teacher Meeting) di sekolah Nad beberapa hari yang lalu.  Saat melihat ada beberapa orang tua yang aku kenal, aku bergabung bersama mereka.
Aku tidak terlalu mengenal mereka karena aku jarang sekali ke sekolah untuk menjemput atau menghadiri pertemuan-pertemuan.  

Seorang teman yang aku kenal bertanya :
Mama S : "Sudah lama benar ya ga ketemu...Kok ga pernah lihat kamu jemput anak-anak sih ?"
Aku         : "Anak-anak sudah besar... kenapa harus dijemput lagi ?"
Mama S : "Iya juga sih ..."

Kemudian aku terlibat dalam perbincangan dengan seorang mama teman Nad yang aku tidak kenal .
Aku          : "Mau melanjutkan sekolah kemana si Oli ?"
Mama O : "Belum tahu juga nih... kemungkinan besar England, karena dia mau mengambil kedokteran"
Aku          : "Ooo... bagus dong. Oli kan pintar, pasti dia juga mampu "
Mama O : "Nad mau kemana ?"
Aku          : "Masih bingung juga nih...."
Mama O : "Oli kan anak cowok, jadi harus banyak melihat kemana-mana.  Kalau anak perempuan sih ga harus... habis married kan milik orang lain ..."

Aku tercengang mendengar perkataannya.  Seorang ibu yang duduk di sebelahnya memalingkan muka setelah mendengar pernyataan itu. 
Aku yakin, dia punya anak perempuan dan merasa tidak nyaman dengan kata-kata yang baru saja dilontarkan mama O.

Aku mengalihkan topik pembicaraan dan berbicara hal yang lain.  Namun kemudian si Mama O kembali mengeluarkan pernyataan yang sama ," Anak laki harus melihat banyak, harus punya teman banyak , kalau anak perempuan tidak menjadi masalah. Toh ntar married dan keluar dari rumah...."

Aku menahan diri untuk tidak marah dan berdebat dengannya, akhirnya aku berkata ," Maaf... saya mau pindah duduk di belakang".  Lalu aku bangkit dan pindah. Aku yakin dia tidak suka dengan caraku. Namun, aku tidak peduli karena aku juga merasa bosan dengan perbincangan seperti itu.

Aku tidak mengerti mengapa seorang ibu bisa mengeluarkan pernyataan menyakitkan seperti itu. Dia juga memiliki anak-anak perempuan.  Anak laki maupun anak perempuan adalah anak yang lahir darinya. Mengapa harus membedakan perlakuan terhadap anak karena gender ?

Pernyataannya mama O menjelaskan  bahwa anak laki-laki jauh lebih berharga dari anak perempuan.  Oleh karena itu, ia harus memperlakukan anak lelakinya lebih spesial baik dalam pendidikan dan segala sesuatunya.  Tanpa dia sadar, dia sedang membesarkan dan mendidik anak-anaknya untuk melakukan diskriminasi gender.

Anak lelakinya akan belajar dan mengerti bahwa dia adalah sosok yang berharga dan harus diperlakukan lebih baik, sedang anak perempuan akan belajar dan mengerti bahwa dia hanyalah seorang  perempuan dan dia kurang berharga serta harus berpuas diri dengan perlakuan-perlakuan yang menomor-duakan  dirinya.

Itukah yang seharusnya anak-anak terima dalam didikan hidup mereka ?
Apakah anak-anak bukan manusia ? Dan keberhargaan diri mereka sebatas gender ?

Sekilas perbincanganku dan pemikiran Nad tentang hal ini :
Aku : "Mama O itu kan orang kaya dan Mio yakin dia juga terpelajar, tapi kok cara berpikirnya begitu.."
Nad : " Itu pasti karena dia telah terbiasa diperlakukan seperti itu. Waktu kecil, dia diperlakukan sama makanya setelah berkeluarga cara berpikirnya tidak berubah"
Aku : " Tapi dia seorang mama... Hati seorang mama mampu mengalahkan banyak hal"
Nad : " Pengertian gender bagi dia 1+1=2  dan bagi kita 1+1=3..."

Aku sempat memikirkan maksud perkataan Nad.  Saat aku sadar artinya, aku tersenyum senang. Nad seorang gadis perempuan kecil dengan analogi dan pengertian yang baik.

Maksudnya 1+1=2 adalah itu sesuatu yang biasa dan sudah diterima sebagai suatu kebenaran.  Mama O telah biasa menerima kebenaran bahwa anak lelaki harus menerima perlakuan lebih daripada anak perempuan.

Sedang dalam keluargaku jika pengertian 1+1=3 adalah itu sesuatu yang tidak biasa buat orang lain namun hal itu diterima sebagai kebenaran maka itu adalah pilihan mendidik dan membesarkan anak-anakku.

Hmmm.... ternyata berbicara dengan anak berumur 15 tahun lebih menyenangkan dibandingkan seorang ibu berumur 40 tahun...  :D


Moral :

Jika seseorang percaya bahwa hidup dan diri mereka dibatasi oleh ras, jenis kelamin atau latar belakang, maka itulah awal kerapuhan.