Bercerita tentang Pak Odang sipenjual bubur ayam keliling. Buburnya yang enak membuat banyak pelanggannya rela antri.
Seorang pembeli mencoba memberi saran kepadanya, “Pak Odang, besok jualan buburnya agak banyakan dong”. Pak Odang hanya tertawa kecil, “Kalau ditambah terus, tidak bakalan ada habisnya,” katanya ringan.
Pak Odang tahu batas. Ia tahu bahwa kalau mau dituruti, keinginan untuk mendapat lebih tidak akan ada habisnya.
Tapi kita justru berlaku sebaliknya, tidak tahu batas.
Tidak tahu batas kerja, tidak tahu batas bicara , tidak tahu batas berkuasa, tidak tahu batas memiliki, dll.
Sudah berkuasa, masih ingin lebih berkuasa. Sudah punya banyak, masih ingin lebih banyak lagi. Tidak pernah merasa cukup. Selalu merasa kurang, sehingga kita terus memacu diri. Akibatnya, kita malah kehilangan hal-hal yang lebih penting: kesehatan, waktu bersama keluarga, relasi pribadi dengan Tuhan, dan sebagainya.
Renungan ini sangat sederhana tapi membuatku berpikir ulang. Seringkali dalam kehidupan berumah tanggaku aku juga menjadi seorang yang tidak tahu batas.
Benar yg dikatakan oleh penulis renungan, saat kita sudah berkuasa, masih ingin lebih berkuasa dan tidak pernah merasa cukup. Aku ditegur pagi ini !!!
Seringkali kebebasan berkuasa yang diberikan suamiku membuatku melampaui batas. Tanpa merasa dosa , seringkali aku berteriak padanya saat aku kesal dan capek.
Atau, seringkali juga aku merasa cara yang aku lakukan dalam mengurus rumah tangga dan anak jauh lebih baik daripadanya, sehingga bila suami memberikan ide, aku merasa idenya tidak sempurna.
Benarkah sebenarnya aku sedang menolak demi kebaikan bersama ? TIDAK !!! Aku disadarkan saat ini , bahwa aku sedang meremehkannya.
Padahal aku tahu , seorang suami adalah imam dan kepala keluarga.
Jadi apa yang membuatku ingin jauh berkuasa daripada suamiku? Apakah untuk pengakuan diri (aku seorang ibu RT bukan PRT ?) , eksistensi diri (aku sama pintarnya dg dia ?) atau ini bentuk kemasan lain dari dosa keegoan seorang manusia ?
Lagi” aku disadarkan oleh renungan ini , bahwa sebenarnya aku sedang masuk dalam godaan menguasai.
Godaan yang tidak disadari olehku sebenarnya adalah rupa lain dari percobaan. Jika aku masuk lebih dalam percobaan ini tanpa usaha memperbaiki diri, maka pernikahanku sedang menuju ke jalan buntu.
Thanks God ……… Kau telah mengingatkanku untuk tidak menuju jalan buntu dan ajarilah aku senantiasa untuk tahu diri dan tahu batas ……
MoraL :
Jika seorang Suami bisa memberikan kebebasan berkuasa pd Istri semata” krn ia menyayangi dan menghormati pasangannya. Ia menempatkan Istri sebagai bagian tulang rusuknya bukan tulang kaki kelingkingnya……