02 Mei 2013

Kenyalnya Lamian Baiyun


Dalam penerbangan pulang kali  ini aku tidak mampir ke kota Guangzhou seperti biasanya.    Setiap setahun sekali kota Guangzhou akan mengadakan pameran besar dan mengundang minat banyak orang dari luar negeri untuk mengunjunginya.

Oleh karena itu harga hotel akan naik 3-4x lipat. Kamar hotel yang biasa aku tinggali seharga RMB.420,- menjadi harga RMB.1200. 
Untuk itu aku  memutuskan untuk tidak tinggal bermalam di Guangzhou dan memilih  melakukan penerbangan lanjutan.

Setelah penerbangan pertama, aku memiliki sisa waktu 4 jam untuk ke penerbangan selanjutnya.  Pio bermaksud keluar dari airport dan jalan-jalan menggunakan MRT. 
Namun dengan pertimbangan waktu dan kami menunggu barang pesanan kami diantar, akhirnya kami memutuskan tidak keluar dari airport.

Akhirnya yang bisa dilakukan adalah mencari makanan !
Namun, makanan di airport biasanya mahal dengan rasa pas-pasan.  Saat  aku berjalan mencari restaurant bersama Pio, aku mendengar karyawan airport berkata mereka 
sedang menuju tempat makan dan ia ingin makan nasi hainam.

Wah... sepertinya menarik dan enak.  Maka diam-diam aku mengikutinya. 
Sampailah kita di satu restaurant yang sangat besar (melebihi besar restauran lain di airport).  Di sana banyak sekali orang-orang makan. Tempat-tempat duduk full, tidak seperti restaurant lainnya.

Begitu aku melihat daftar harga makanan... aku tercengang.  Semua berkisar di bawah RMB.10.  Aku tidak menyangka ada tempat makan semurah ini di airport.
Di restaurant lain , seporsi wontoon (pangsit) atau semangkok mie dihargai RMB.30-40.   Wah  senang benar rasanya ketemu tempat makan semurah ini !

Namun aku kembali memperhatikan, ternyata tidak ada seorangpun mendorong koper. Dan kebanyakan mereka berbaju pegawai dengan tali name tag di leher.  
Dan aku kemudian sadar, ternyata ini adalah restaurant khusus karyawan airport Baiyun (nama airport Guangzhou).
Aku tidak melihat karyawan-karyawan itu membayar menggunakan uang. Akhirnya aku bertanya kepada seorang wanita dengan baju biru dinasnya.

(Wbb : Wanita baju biru ; Pr : Pria)
Aku     : "Maaf, dimana saya harus membayar ya ?"
Wbb menatapku dengan aneh dan akhirnya aku mengulang lagi pertanyaanku.
Aku     :" Maaf, dimana saya harus membayar ? Apakah restaurant ini hanya khusus untuk karyawan ?"
Wbb tersenyum dan tampaknya ia mengerti. 
Wbb     :" Benar, ini restauran karyawan..."
Kemudian seorang rekan prianya datang dan menyela.  Dia mendengar pertanyaanku dan  ia menjawab .
Pr         : "Mau makan ?"
Aku     :" Ya... bayar dimana nih ?"
Pr         :" Ga usah bayar..."
Aku menatapnya dengan pandangan tidak percaya 
Aku     :" Masa makan ga bayar ? Saya bukan karyawan sini lho ! "

Wbb tertawa dan menyuruh rekan prianya mentraktirku.  Namun aku menolak dan bilang aku akan membayar sendiri.
Akhirnya sang pria membantuku memesan makanan dan menggesek kartu karyawannya.  Aku memesan lamian (mie kuah) dengan total harga RMB.16,- untuk 2 porsi. 
Dan aku memberinya RMB.20,- .  Aku menolak kembalian dan berterima kasih kepadanya.  Sang  pria yang sopan itu juga mengucap terima kasih kepadaku dan katanya "Lumayan hari ini saya untung..." :D . 

Kemudian aku membawa makanan ke meja.  Saat aku mencari Pio, ternyata Pio duduk di depan restaurant itu.  Pio melambaikan tangan dengan maksud dia tidak boleh masuk karena membawa koper. 

Akhirnya aku makan sendirian sambil sekali-sekali tersenyum karena tidak bisa menahan tertawa.    Aku berbagi tempat duduk dengan karyawan lainnya.  Dan tidak ada yang curiga kalau aku bukan karyawan.  Mungkin karena penampilanku yang biasa sekali.  

Lamian yang aku makan lumayan enak karena terasa kenyal.  Hanya saja karena aku kuatir lamian pio menjadi lembek, maka aku makan tergesa-gesa.

Kemudian kami berganti tempat. Pio masuk dan makan, aku keluar dan menunggu koper.  Tak sampai 5 menit, Pio sudah keluar. 
Aku : "Lho kok cepat benar... Pio makannya pake tegang ya ?"
Pio         : "Ya ialah... gila benar, semua kan karyawan.  Kalau  ketahuan gimana ?"
Aku : "Ya ga apa-apalah... kan Mio bayar, ga nyuri..."
Pio         : "Ah lain kali ga mau gini ah....bikin Pio stress aja !"
Aku : "Ah lain kali ga bakal bisa masuk lagi.... kecuali, mio  ketemu lagi sama pria tadi....hmmm, harusnya Mio minta nomor telponnya yaa.."
Pio         : "Dasar Mio edan ..." (sambil melotot)

Aku suka dengan pengalaman baru, dimana setiap pengalaman akan punya nilai belajar tersendiri dan lebih dari itu, kemungkinan besar tidak terulang untuk kedua kalinya. 

Ini bukan mengenai kenyalnya lamian atau murahnya makanan, tapi aku belajar dan melihat bagaimana negara lain berusaha mensejahterakan karyawannya dengan menyediakan fasilitas makan yang murah namun berkualitas.
Memang  tidak banyak pilihan makanan, namun buatku itu sudah lebih dari cukup karena porsi makanan cukup banyak, mengenyangkan, bersih dan enak.

Karyawan juga diharuskan merapikan semua peralatan makan yang mereka pakai dengan membuang sampah makanan sendiri dan meletakkan tray pada tempatnya.
Rasanya... aku tidak berada di Cina :D

Pengalaman ini juga mengajarkan bahwa tampil biasa-biasa saja ternyata bisa berdampak menguntungkan.... (:D lagi)


Moral : 
Be brave...
Take risks...
Nothing can substitute experience...