Salah seorang saudara sepupu yang sudah menikah sedang dalam ambang perceraiannya. Mama dan papa berusaha menolong pasutri ini. Sebagai orang tua dan telah melewati banyak hal, mereka merasa sayang jika pernikahan harus berakhir pada perpisahan seperti ini.
Usia pernikahan mereka baru 3 tahun dan anak mereka belum menginjak 2 tahun. Banyaknya perbedaan sifat membuat mereka berpikir mereka bukan pasangan serasi.
Apakah benar semua pasangan yang menikah dan bertahan sampai akhir adalah soulmate ? Aku rasa tidak.
Pada awal pernikahanku, aku juga merasa banyak sekali perbedaan dengan Pio.
Contoh 1 :
Pio suka meletakkan barang di mana saja dan kebingungan saat mencarinya kembali. Aku tidak . Karena sifat pelupaku, aku suka meletakkan barang pada 1 tempat supaya tidak kesulitan mencarinya kembali.
Dulu, aku suka marah dan kesal karena sikapnya itu. Namun, kemudian aku mengajari diri sendiri untuk tidak marah dan mengomel lagi. Aku bersepakat dengan Pio, jika Pio menaruh barang sembarangan , maka aku berhak tidak membantu dia mencari saat barang itu diperlukan. :D
Efektif ! Pio lebih rapi ….
Contoh 2 :
Sebagai pasutri yang baru menikah, aku ingin menjadi istri yang baik.
Aku belajar memasak makanan yang sehat untuk Pio. Namun sehat dalam kamusku tidak berarti yummy dan bisa diterima lidah Pio.
Suatu hari, aku memasak buat Pio. Aku berusaha sebaik-baiknya agar saat suamiku pulang, ia bisa menikmati hasil kerja seharianku itu.
Ternyata, hari itu Pio pulang malam sekali… sekitar jam 9 malam, karena ia pergi ke rumah mamanya dulu.
Aku dongkol sekali, karena aku menunggunya sampai kelaparan.
Pas pulang, aku menyambutnya dengan agak bersungut-sungut. Kemudian saat Pio membuka tutup tudung saji, ia bilang “ Mio.. masakin aku supermie yah..”
Dongkol tingkat dewa !!!
Hari itu berakhir dengan kecapekan, kedongkolan , kemarahan , pertengkaran dan juga kelaparan yang tidak dewa rencanakan !
Keesokan harinya, masih dengan amarah yang besar aku menelpon mamaku. Aku pikir paling tidak ada orang yang akan mendengarkan dan berpihak padaku. Tapi apa yang aku dapat ? Aku dapat omelan dari mamaku :D
Namun aku sangat bersyukur sampai hari ini, karena mama tidak berpihak padaku saat itu. Omelannya membuatku berpikir dan menjadikanku lebih dewasa.
“Buat apa sih kamu bertengkar ? Makanan yang tidak dimakan kan bisa disimpan dan dimakan lagi besoknya. Buat apa memaksa suamimu memakan apa yang kamu buat ? Jika kamu merasa capek karena harus memasak, ya kamu ga usah masak ! “
“Tidak perlu memaksa dan merubah suamimu seperti yang kamu inginkan, kamu cuma akan membuat diri kamu kecapekan. Suamimu sudah melewati 30 tahun lebih hidup seperti yang dia mau…dan kamu mau merubah dirinya dalam 1 bulan pernikahan kamu ?”
Hahaha… aku selalu tersenyum kalau mengingat kata-kata mamaku.
Bijak dan menancap tajam dalam hatiku !!!
Perbedaan adalah sesuatu yang perlu kita sesuaikan dalam pernikahan. Apa enaknya melewati pernikahan tanpa perbedaan itu ? Manusia yang terlahir kembar saja masih memiliki sedikit perbedaan , apalagi kita .
Perbedaan itulah yang akan membuat kita semakin mencintai pasangan kita. Karena disanalah kita belajar mengerti keinginan masing-masing pihak.
Aku belajar memilih mengingat hal-hal yang baik dalam diri Pio saat aku marah dan kesal padanya.
Ternyata cara ini membuatku tidak bisa marah terlalu lama pada Pio... malah selalu menyadarkanku bahwa tidak ada suami yang sempurna di muka bumi ini dan aku pun tidak dilahirkan sebagai istri yang sempurna.
Ternyata cara ini membuatku tidak bisa marah terlalu lama pada Pio... malah selalu menyadarkanku bahwa tidak ada suami yang sempurna di muka bumi ini dan aku pun tidak dilahirkan sebagai istri yang sempurna.
Moral :
Soulmate adalah pasangan yang mau belajar melihat kebaikan , bukan memfokuskan kelemahan namun saling melengkapi...