Dan... tanpa sadar, kita pun menilai dan memperlakukan anak-anak kita seperti itu !
Anak-anak menjadi korban karena kekerasan hati orang tua yang tidak mau merubah sikap dan cara pikir mereka.
Seorang anak yang mantan muridku akhir-akhir ini mendapat perhatian khusus dariku. Berawal dari keengganannya untuk masuk ke kelas remaja di gereja. Padahal, teman-teman seusianya juga ikut pindah ke kelas remaja. Namun, dia memaksa untuk tetap di sekolah minggu. Akhirnya, aku membolehkan dia ikut di sekolah minggu sambil berusaha mencoba mendekati dan mencari tahu permasalahannya.
Setelah kelas usai aku berbincang dengannya. Dan dengan jujurnya ia berkata bahwa ia minder dan sangat tidak percaya diri untuk masuk ke remaja. Dia merasa dirinya tidak bisa apa-apa dan juga sangat tidak selevel dengan teman-temannya. Hatiku trenyuh mendengar kejujuran itu.
Aku mengenal orang tuanya. Mereka adalah keluarga yang sangat berkecukupan. Rumah, mobil dan pakaian mewah adalah hal-hal yang terlihat di mata orang lain. Jadi mengapa anak ini merasa minder ? Mengapa ia merasa tidak selevel dengan teman-teman remaja lainnya ?
Perbincangan membuka banyak hal tentang anak ini. Ternyata perlakuan orang tuanya membuat dia seperti itu. Otoritas dan larangan berlebihan dari orang tua melumpuhkan daya pikir dan keinginannya.
Aku : " Kok kamu bisa merasa minder ?"
Che : " Karena aku ga sama dengan mereka ..."
Aku :" Dalam hal apa ?"
Che : " Banyak... pakaian misalnya, aku ga diizinin pake baju yang aku suka. Mama maunya aku pake baju yang dia beli .... padahal, aku ga suka "
Aku : " Bilang aja ke mama, kalo kamu lebih suka pake yang lain"
Che : " Udah ... ujung-ujungnya aku kena marah dan mama bete seharian , jadi mending aku nurut ajalah.... daripada mama ngamuk ! "
Suatu saat yang lain, aku sempat berbicara dengan mama anak ini. Saat aku menyinggung tentang pakaian....
Mam : " Ia tuh anak ! Heran bener !!! Kalo pake baju ga pernah benar, kacau bener !!!" " Pernah ya, kita mau pergi , dia cuma pakai kaos dan celana jeans, gua bete banget .. akhirnya kita sekeluarga batal pergi !"
Aku : " Lah, selera lo sama anak lo kan beda .... masa mesti dipaksain ? Apa yang bagus di mata lo kan belum tentu bagus di mata orang lain !"
Teman ini memang sangat mengutamakan penampilan. Aku nyaris tidak pernah melihat dia keluar tanpa dandanan dan baju bagus.
Lalu aku minta sang anak mengisi beberapa test karena aku ingin tahu dia anak otak kanan atau kiri. Hasilnya dia adalah right brain visual learner. Seorang anak yang bisa berhasil jika diasah dengan baik sesuai kemampuan belajarnya. Aku melakukan ini karena nilai-nilai pelajaran di sekolahnya rata-rata fail. Dia juga di cap pembohong oleh orang tuanya.
Mam : " Anak gua itu pinter banget boongnya ... heran gua ? Belajar sama siapa kayak gitu ?"
Aku : " Anak berbohong karena takut, kalo mau dia ga keterusan jadi pembohong, janganlah marah-marah saat dia jujur !"
Belajar dari manakah anak berbohong ? Kitalah sebagai orang tua yang mengajarinya berbohong !
Vin anakku jujur berkata padaku " Mami tau ga, kadang-kadang aku berbohong lho sama mami... soalnya kalo aku jujur, pasti kena marah !"
Aaah ! Kejujuran + Kepolosan = Menghancurkan Hati .
Sang anak suka sekali menggambar. Aku menganjurkan dia menggunakan bakatnya itu dengan belajar gambar. Namun ternyata papanya tidak mengizinkannya. Dengan alasan : belajar piano jauh lebih berguna daripada belajar gambar. Padahal, si anak pernah berkata padaku, dia suka piano namun lebih suka menggambar.
Aku : " Tau ga kalo si Che suka sekali menggambar ?"
Papa: " Ia tahu..."
Aku : " Kenapa ga kursus gambar ? Biar dia bisa lebih baik lagi dengan bakatnya "
Papa: " Justru itu, saya takut dia menggunakan waktu luangnya untuk menggambar ..."
Aku : *tercengang sejenak* "Lho, emang kenapa ? Waktu luang kan emang harus digunakan buat refreshing, melakukan hal-hal yang kita suka"
Ternyata, masih banyak sekali orang tua yang beranggapan kemampuan menggambar tidak berarti apa - apa. Sadarkah mereka, menggambar melatih otak anak ? Sadarkah mereka sesuatu yang kelihatannya tidak berguna sebenarnya bisa membuat hidup anaknya menjadi bahagia ? Sadarkah mereka otoritas dan larangan yang tidak logis akan menumbuhkan anak yang kerdil pikiran dan tidak bisa menghargai dirinya sendiri ?
Moral :
Sempitnya pengetahuan dan pengertian orang tua ditambah enggan mendengar = jurang kehancuran untuk anak-anak yang dicintainya.