Aku ingin segera menuliskan beberapa hal yang ingin aku ingat di 2012, sebelum ingatan itu berakhir dan pergi mengikuti 2012... Beberapa hal penting yang tidak sempat aku tuliskan karena kesibukanku.
Aku belum sempat menceritakan kepergian tante Pio.
Kami memanggilnya "kuku" (panggilan tante dari pihak ayah Pio). Beliau adalah sosok yang pendiam dan suka membaca.
Beberapa tahun yang lalu, beliau percaya pada Tuhan dan minta Pio mengajaknya ke gereja. Bagaimana itu bermula, kami tidak tau. Namun, jelas dengan senang hati kami mengajaknya ke gereja.
Awalnya kami masih sering menjemputnya, namun lama-kelamaan karena sering telat akhirnya kuku yang datang menghampiri kami di rumah dan kemudian ke gereja bersama-sama. Itu kemudian menjadi kebiasaan bertahun-tahun. Pulang dari gereja kami akan makan bersama dan mengantarnya pulang.
Suatu pagi , jam lima pagi, bunyi telepon membangunkan kami. Suara gemetar kakak perempuan Pio mengatakan kalau kuku jatuh di kamar mandi dan tidak bergerak lagi.
Saat itu, kami sempat menjadi bingung dan tegang. Lalu Pio dan aku segera menuju ke RS. Husada . Pio sempat salah jalan beberapa kali karena kebingungan.
Saat kami sampai di RS. Husada, ternyata kuku sudah meninggal. Saat aku melihat beliau, terlihat begitu tenang. Air mataku menetes. Perpisahan yang tidak terduga....
Sudah 2 minggu terakhir, kuku berangkat ke gereja sendirian. Kami tidak pergi bersamanya karena anak-anak ulangan dan kami ke kebaktian pertama.
Saat di rumah duka, aku tidak menyangka kalau kuku yang dikenal dengan nama Oey Ati adalah orang yang disukai. Ada kesan mendalam di hati beberapa temannya. Bahkan saat pendeta mengatakan bahwa kuku adalah jemaat yang rajin dan taat, hatiku menjadi tergores dan sangat malu.
Di balik sosok pendiamnya, dia ternyata adalah seorang yang penuh perhatian. Seorang kakek tua menangis mengantar kepergiannya. Seorang nenek tua sedih karena kehilangan teman duduk yang selalu menyediakan bangku buatnya saat kebaktian manula.
Ternyata, pada saat terakhirnya... ada banyak orang yang mengantarnya !
Aku tidak dapat menahan tangisku saat pembakaran jasad kuku. Perpisahan memang tidak pernah menyenangkan... walaupun aku sadar manusia memiliki batas waktu.
Namun, aku percaya... kuku mendapatkan tempat terbaik di sisiNya.
Moral :
Kesederhanaan bukanlah sesuatu yang dapat kita abaikan...
Karena dibalik kesederhanaan itu hadir ketulusan.
Waktu adalah terbatas...
Namun ketulusan perbuatan kita saat kita hidup adalah tidak terbatas dalam ingatan yang masih hidup.