17 Juni 2010

Tante Pio

Wah... kangen banget buat menulis lagi !
Banyak sekali yang mau diceritaiin...
So, here I am :D

Akhir" ini, ada banyak masalah yang datang seiring dengan kesibukan yang super padat.
Beberapa hari yang lalu, aku, Pio dan Nat pergi ke RS mengunjungi tante Pio yang sakit.
Sebenarnya, aku ingin sekali tidak pergi. Ga tau kenapa.... Ada suara hati yang berkata," Ini urusannya uang...". Sampai" aku berniat menghalangi kepergian kita. Padahal, awalnya akulah yang mengingatkan dan mengajak Pio untuk mengunjungi sang tante.
Tapi ternyata niat menghalangi itu batal, karena kita bisa menemukan letak RS tanpa kesulitan.

Sesampainya disana, kita melihat seorang perempuan tua yang tergeletak tidak berdaya diatas tempat tidur. Saat itu, Pio bingung. Dia tidak merasa mengenali perempuan tersebut, sampai akhirnya aku memberitahukannya bahwa itulah si tante karena aku sempat melihat nama pasien di tray makanan.

Mata Pio berkaca-kaca... karena memang kami tidak menyangka bahwa kondisi tante akan separah itu. Tubuh kurus, muka cekung dan tampak sangat tua. Ia memang sudah berumur 76 tahun. Namun, banyak orang seusia itu tidak tampak setua itu.

Saat Pio memanggil tantenya yang memejamkan mata, tante terbangun dan sesaat ia bingung. Namun setelah diingatkan , akhirnya tante mengangguk tanda ia masih mengenali Pio.
Karena tidak ada yang menunggui dia, maka kami pergi ke suster dan dokter jaga untuk meminta informasi. Kami mendapatkan informasi bahwa tante telah masuk 2 hari dan selama itu tidak ada yang mengurusinya dan menjenguknya.

Si tante tidak menikah. Ia hidup dengan adik perempuan dan anak sang adik. Adik perempuannya (tante ke-2) adalah single parent.
Keponakan ini sangat disayang olehnya dan dianggap anaknya sendiri. Dulu, Tante ini bekerja membantu rumah tangga untuk menghidupi keponakan dan adiknya.
Mungkin karena pola asuh yang salah, terlalu memanjakan si anak, keponakan ini tumbuh menjadi orang yang sangat selfish dan defensif.

Saat si tante sakit, dengan mempertimbangkan masalah uang, ia meminta RS hanya memberikan obat generik kepada si tante.
Ia tidak menyadari, bahwa obat tersebut sama sekali tidak membantu penyembuhan. Dan akhirnya, malah memperparah keadaan si tante.

Saat ini tante berada di ICU karena kondisinya melemah. Pada hari kami datang, ia masih bisa membuka mata dan berbisik lirih, namun sekarang dia tidak mampu membuka matanya lagi.
Pio sangat marah pada keponakan ini karena dia tidak mempunyai hati untuk merawat seorang yang telah begitu menyayanginya.

Keponakan ini tidak menyadari bahwa sebenarnya dia telah ditakdirkan punya 2 ibu.
Dia sama sekali tidak bersyukur dan tidak menyadari bahwa Tuhan telah membantu hidupnya dengan menempatkan pengganti ayahnya. Apa yang akan terjadi pada dia dan ibunya jika tidak ada sosok tante ini ?

Yang paling membuat kita marah adalah sikap tidak hormatnya pada orang tua.
Keponakan ini membuat peternakan kecil dirumahnya. Dia memelihara sekitar 40-50 anjing untuk diperjualbelikan. Tante ini harus membantu mengurus anjing" tersebut dan diberi Rp.500.000,-/bulan. Yang membuat kami trenyuh adalah... tante ini tidak diberi kamar tidur yang layak. Dia tidur disofa ruang tamu, karena kamar dibutuhkan untuk menaruh anjing" tersebut.

Terlepas dari permasalahan sikap si keponakan, kita dihadapkan pada masalah biaya RS.
Awalnya, aku pun marah pada dia.... namun, setelah berpikir ulang, memang biaya yang harus dikeluarkan tidak sedikit. 1 botol albumin yang dibutuhkan tante per hari berharga Rp.2.550.000,-. Dan dia membutuhkan lebih dari 3 botol hanya untuk sementara ini . ...

Tante mempunyai seorang adik lelaki yang kaya. Namun, ternyata.... sang istri keberatan menanggung biaya kakak iparnya. Dia tahu, biaya yang akan dikeluarkan tidak sedikit, maka ia dengan liciknya berusaha membagi biaya tersebut dengan keponakan"nya, yang sebenarnya dan seharusnya adalah tanggungan sang adik lelaki....

Aku sadar dengan cepat, bahwa kita telah dikadalin oleh sang istri... dan menjadi kesal karena itu....
Namun sepertinya Tuhan kembali melembutkan hatiku dan membuatku sadar bahwa,
aku tidak dengan keinginan hatiku datang ke RS tersebut... aku dituntun dan diajar untuk berbelas kasih.
Uang adalah suatu yang bisa datang dan bisa pergi secepat yang tidak pernah kita duga.
Jika aku memang berniat mau membantu.... walaupun aku tau aku dikadalin.... maka aku akan belajar taat pada niatku dan merendahkan semua emosi dan keinginan untuk berontak.

Aku dan Pio sepakat kita akan membantu.
Biarlah jika orang" lain merasa mereka berhasil dengan pikiran mereka mengelabui kami, yang penting adalah kami tahu... aku dan Pio tidak dibohongi oleh keegoisan kami.

MORAL :
Saat keegoisan memakan hati manusia... maka manusia tumbuh menjadi mahluk yang menakutkan ... Manusia bisa kehilangan jiwa ibanya bahkan pikiran rasionalnya.