19 Juli 2011

Jus Sirsak Beling

Hari itu minggu pagi.  Kami bersiap-siap akan berangkat ke gereja.
Seperti biasanya, segelas jus buat setiap orang.  Pagi itu, Pio adalah orang terakhir yang minum jusnya.
Saat tinggal sisa seteguk, Pio berhenti minum. Dia mengaduk-aduk isi gelasnya. Dan mengeluarkan 2 buah bongkah kecil barang berwarna putih. Terlihat seperti gula batu.

Pio      :"Apaan nih Mio ?"
Aku     :"Ga tau apaan tuh.  Tanya aja sama mbak.."
Pio      :" Ih, kok kayak beling ?"
Aku     : * Kaget dan ga bisa berkata ,  cuma bisa liatin barang yang ditangan Pio *

Akhirnya sang asisten dipanggil.
Pio      :"Neng, ini apaan ? Jawab yang jujur ya.  Saya ga marahin kamu, tapi jawab yang benar"
Neng   :"Ee.... tadi gelas jus pecah. Jadi saya ganti gelasnya"
Aku     :* Mata melotot dan mulai emosi tingkat dewa *
Pio      :"Jadi kamu ganti gelasnya.  Isinya juga kamu masukin semua ya ?"
Neng   :" Ia..." (memandang dengan muka polos)

Saat itu juga emosiku sudah membludak. Dan mulailah khotbahku dimulai sebelum aku sampai digereja.  Ga nunggu pendeta yang khotbah lagi deh , aku benar-benar sudah ga tahan.
Semua rasa campur aduk.  Rasa takut, marah, kesal, dan lain sebagainya.

Tapi Pio malah ga marah. Dia malah bilang " Ga apa-apa".
APA YANG GA APA-APA ? GIMANA KALAU BELING YANG HALUS MASUK KE USUS ?
Tetap saja dijawab " Ga apa-apa. Tenang saja".

Aku sempat berpikir kenapa Pio bisa begitu sabar dan tenang. Apakah karena Pio sudah uzur ?
Mungkin juga hehehehe...

Pio bilang ," Untung yang minum aku, bukan anak-anak.."
Bagaimanapun, aku tau. Ada campur tangan Tuhan dalam hal ini. Aku bersyukur, bukan anak-anak yang minum bagian jus beling itu. Aku juga bersyukur, Pio bisa peka hari itu. Karena biasanya, dia minum jus sekali tenggak habis.


Moral :
Rasa syukur adalah cahaya dalam kegelapan masalah. Terang yang diberi adalah kekuatan buat jiwa dan pikiran kita.