Hari itu minggu pagi. Kami bersiap-siap akan berangkat ke gereja.
Seperti biasanya, segelas jus buat setiap orang. Pagi itu, Pio adalah orang terakhir yang minum jusnya.
Saat tinggal sisa seteguk, Pio berhenti minum. Dia mengaduk-aduk isi gelasnya. Dan mengeluarkan 2 buah bongkah kecil barang berwarna putih. Terlihat seperti gula batu.
Pio :"Apaan nih Mio ?"
Aku :"Ga tau apaan tuh. Tanya aja sama mbak.."
Pio :" Ih, kok kayak beling ?"
Aku : * Kaget dan ga bisa berkata , cuma bisa liatin barang yang ditangan Pio *
Akhirnya sang asisten dipanggil.
Pio :"Neng, ini apaan ? Jawab yang jujur ya. Saya ga marahin kamu, tapi jawab yang benar"
Neng :"Ee.... tadi gelas jus pecah. Jadi saya ganti gelasnya"
Aku :* Mata melotot dan mulai emosi tingkat dewa *
Pio :"Jadi kamu ganti gelasnya. Isinya juga kamu masukin semua ya ?"
Neng :" Ia..." (memandang dengan muka polos)
Saat itu juga emosiku sudah membludak. Dan mulailah khotbahku dimulai sebelum aku sampai digereja. Ga nunggu pendeta yang khotbah lagi deh , aku benar-benar sudah ga tahan.
Semua rasa campur aduk. Rasa takut, marah, kesal, dan lain sebagainya.
Tapi Pio malah ga marah. Dia malah bilang " Ga apa-apa".
APA YANG GA APA-APA ? GIMANA KALAU BELING YANG HALUS MASUK KE USUS ?
Tetap saja dijawab " Ga apa-apa. Tenang saja".
Aku sempat berpikir kenapa Pio bisa begitu sabar dan tenang. Apakah karena Pio sudah uzur ?
Mungkin juga hehehehe...
Pio bilang ," Untung yang minum aku, bukan anak-anak.."
Bagaimanapun, aku tau. Ada campur tangan Tuhan dalam hal ini. Aku bersyukur, bukan anak-anak yang minum bagian jus beling itu. Aku juga bersyukur, Pio bisa peka hari itu. Karena biasanya, dia minum jus sekali tenggak habis.
Moral :
Rasa syukur adalah cahaya dalam kegelapan masalah. Terang yang diberi adalah kekuatan buat jiwa dan pikiran kita.
Seperti biasanya, segelas jus buat setiap orang. Pagi itu, Pio adalah orang terakhir yang minum jusnya.
Saat tinggal sisa seteguk, Pio berhenti minum. Dia mengaduk-aduk isi gelasnya. Dan mengeluarkan 2 buah bongkah kecil barang berwarna putih. Terlihat seperti gula batu.
Pio :"Apaan nih Mio ?"
Aku :"Ga tau apaan tuh. Tanya aja sama mbak.."
Pio :" Ih, kok kayak beling ?"
Aku : * Kaget dan ga bisa berkata , cuma bisa liatin barang yang ditangan Pio *
Akhirnya sang asisten dipanggil.
Pio :"Neng, ini apaan ? Jawab yang jujur ya. Saya ga marahin kamu, tapi jawab yang benar"
Neng :"Ee.... tadi gelas jus pecah. Jadi saya ganti gelasnya"
Aku :* Mata melotot dan mulai emosi tingkat dewa *
Pio :"Jadi kamu ganti gelasnya. Isinya juga kamu masukin semua ya ?"
Neng :" Ia..." (memandang dengan muka polos)
Saat itu juga emosiku sudah membludak. Dan mulailah khotbahku dimulai sebelum aku sampai digereja. Ga nunggu pendeta yang khotbah lagi deh , aku benar-benar sudah ga tahan.
Semua rasa campur aduk. Rasa takut, marah, kesal, dan lain sebagainya.
Tapi Pio malah ga marah. Dia malah bilang " Ga apa-apa".
APA YANG GA APA-APA ? GIMANA KALAU BELING YANG HALUS MASUK KE USUS ?
Tetap saja dijawab " Ga apa-apa. Tenang saja".
Aku sempat berpikir kenapa Pio bisa begitu sabar dan tenang. Apakah karena Pio sudah uzur ?
Mungkin juga hehehehe...
Pio bilang ," Untung yang minum aku, bukan anak-anak.."
Bagaimanapun, aku tau. Ada campur tangan Tuhan dalam hal ini. Aku bersyukur, bukan anak-anak yang minum bagian jus beling itu. Aku juga bersyukur, Pio bisa peka hari itu. Karena biasanya, dia minum jus sekali tenggak habis.
Moral :
Rasa syukur adalah cahaya dalam kegelapan masalah. Terang yang diberi adalah kekuatan buat jiwa dan pikiran kita.