Dua hari yang lalu, aku bersama beberapa teman ke Bandung untuk melayat.
Aku mendapat berita kepergian suami temanku itu pada jam 11 siang dan kemudian berangkat bersama beberapa teman pada pukul 2 siang.
Perjalanan yang cukup panjang membuatku merenung kilas balik hidup temanku.
Waktu aku mengenal teman ini, mereka hidup dalam kelimpahan. Punya bisnis usaha yang maju, rumah yang indah dengan semua perabotan dan perlengkapan terbaru dan mahal,mobil mewah dan liburan-liburan ke luar negeri.
Kemudian, 2 tahun yang lalu, sang suami terkena stroke. Lalu semua terbalik dan menjadi tidak lagi sempurna. Ternyata, usaha mereka terbelit utang besar sehingga mereka harus menjual ruko, rumah dan mobil.
Temanku harus melalui semuanya sendiri. Mengurus suami dan usaha barunya. Ia menyewa sebuah rumah dan membuka mini market. Dan ia berubah menjadi sosok yang lebih rendah hati (menurutku). Mungkin, ia tidak menyadarinya, namun terlihat nyata dia telah belajar banyak.
Tanggal 20-an sebelum Natal, aku, Pio dan sepasang temanku mengunjungi dia dan suaminya. Pio mengajak suaminya untuk kembali aktif dengan mendekor gereja di Natal 2012 ini. Namun, ternyata Tuhan menghendaki lain. Pada kebaktian di rumah duka, pendeta bercerita bahwa suami temanku berjanji padanya untuk kembali ke gereja setelah Imlek 2012 . Imlek tahun ini jatuh di tanggal 23 Januari . Manusia merencanakan dan Tuhan berkehendak, itulah yang terjadi. Sang suami dipanggil pulang. Dia hanya melewati 10 harinya 2012.
Aku ingat,3 tahun yang lalu, ia pernah berkata ," hmm... kira-kira seperti apa yah kalo kita semua sudah tua ? Apakah kita masih bisa berkumpul bersama seperti ini ?" . Tentunya saat itu tidak pernah terlintas dipikiran kita sesuatu seperti ini akan terjadi dalam hidupnya.
Saat merenung, aku berpikir... apakah mungkin sebenarnya ini adalah jalan terbaik Tuhan untuknya ? Mungkin juga. Paling tidak, ia diberi 2 tahun untuk bisa bersama suaminya. Dia diberi 2 tahun untuk belajar mandiri mengelola usahanya dan dia diberi 2 tahun untuk boleh berubah.
Apakah 2 tahun yang keras itu adalah cara Tuhan memandirikan temanku ? Aku tidak tahu...
Yang aku tahu... butuh keberanian menghadapi semua kenyataan ini.
Moral :
Hidup akan mengecil dan membesar sesuai keberanian kita - The Diary Of Anais Nin -