Masih dalam suasana banjir dan aku memilih menulis di balkon sambil menikmati hujan, banjir, langit abu-abu dan segelas kopi.
Banjir mulai surut. Kemarin air yang masuk sudah mencapai sebetis.
Nah..karena terlalu seringnya banjir terjadi di Indonesia membuat orang Indonesia lebih mudah memprediksi tingginya air dengan ukuran tubuh.
Ini tweet dari seorang asing mengenai banjir di Indonesia :
"Everywhere in the world flood is measured by "centimeters" or "meters'. Only in Indonesia flood is measured by "betis, dengkul, paha, pinggang, dada"... I am confused !!!" :D
Tapi itu adalah kenyataan dan memang rata-rata orang di Indonesia sudah terbiasa mengukur banjir dengan ukuran tubuh mereka. Mau itu anak-anak maupun orang dewasa...
Ukuran tersebut membuat orang yang mendengarnya bisa membayangkannya dengan mudah.
Saat Vin pulang dari sekolah, dia berteriak ,"Mami... air di apartemen depan sekolah sudah mau sedada lho !"
Saat sopirku melapor," Wah, waktu saya datang... air di perumahan kompleks sebelah sudah sepaha bu.."
Saat pio bilang ke tetangga ," Air di blok ini lebih tinggi lho... sepaha ! Kalo di blok ujung sana cuma sebetis !!!"
Bahkan aku juga menulis di blog ini ..."air yang masuk mencapai sebetis .." :D
Kebiasaan ini tidak akan mudah dirubah, kecuali Indonesia tidak lagi dilanda banjir sampai puluhan tahun mendatang. Dimana, orang-orang sudah mulai melupakan kapan terakhir mereka mengalami banjir. Mereka juga sudah lupa ketidaknyamanan yang terjadi. Saat itu, mereka akan mengukur banjir dengan sentimeter dan meter.
Baru saja melintas 2 orang anak perempuan di atas perahu karet. Mereka berdayung dengan gembira. Seorang bapak juga berusaha menangkap ikan kecil dengan jaring. Di televisi aku melihat anak-anak telanjang bermain air. Ada juga bapak dan ibu yang mengajak anak-anaknya bersepeda melihat keadaan banjir di Thamrin. Semacam wisata pengetahuan. Mereka ingin mengajarkan anaknya menyadari bahwa masih banyak orang yang tidak beruntung, jadi tidak seharusnya mereka mengeluh. Yah... itu yang seharusnya dilakukan.
Karena banjir, paling tidak Pio bisa beristirahat. Demikian juga aku, akhirnya bisa menulis lebih banyak. Anak-anak menikmati tontonan masing-masing. Mbak juga beristirahat. Jadi, keadaan seperti ini tidak seluruhnya merugikan ...
Moral :
"A habit cannot be tossed out the window; it must be coaxed down the stairs a step at a time."
-Mark Twain-