Spasmofilia...
Terdengar seperti nama bunga. Namun ternyata tidak seindah yang dibayangkan.
Beberapa waktu lalu, Vin mengeluh badannya terasa ngilu, sakit kepala dan sakit perut.
Dia mendiagnosa dirinya sendiri terkena tipes (hehehe...bakat dokter, ya nak..)
Kemudian aku ajak dia ke dokter anak langganan kami dan didiagnosa flu. Herannya aku tidak percaya kalau itu flu.
Lalu aku ganti ke dokter umum (walaupun banyak yang menyarankan untuk ke internist).
Dia dokter tua, tapi yah ampunn.....datang jam 9 malam , baru dapat giliran diperiksa jam 1 pagi.
Dokter minta dia di EMG.
Walahh..apa lagi tuh ? Kita direferensi ke RS. Husada dan ternyata EMG (elektromiografi) adalah pemeriksaan fungsi syaraf.
Vin disuruh meniup-niup selembar kertas. Eh, malah kertasnya dijadikan mainan oleh Vin.
Dia meniup keras lalu lembut, lalu meniup lagi sekencang-kencangnya dan tertawa. Yah otomatis rangsangan ototnya turun naik tidak jelas di alat EMG.
Professor lab-nya agak galak dan susternya dimarahin...(kecian ah susnya..).
Susternya juga jadi stress ketemu si Vin. Dan akhirnya Vin disuruh niup sekuat-kuatnya sampai akhirnya Vin bilang " Mi...aku capek nih" dan tampangnya sudah menyerah pasrah .
Akhirnya pemeriksaan selesai dan hasil dibawa ke dokter dan lagi-lagi harus menunggu 4 jam.
Dokternya luar biasa baik. Sangat perhatian dan telaten...(salut berat buat dokter ini).
Ruang prakteknya sangat biasa, pasien-pasien yang datangpun terlihat sangat biasa. Tapi THUMBS UP buat dokter tua ini karena ia mau mengerti bahwa pasien yang awam adalah pasien yang cerewet dan ia mau menjelaskan apa saja yang mereka ingin ketahui.
Bukan hal aneh, semakin terkenal seorang dokter, semakin malas ia menjelaskan.
Kadang kala , apabila seorang dokter cukup berbaik hati mau menjelaskan ...mereka memilih kata-kata pendek.
Akhirnya aku mengerti, 4-5 jam penantian di ruang tunggu itu SO WORTH IT...(walaupun harus pulang subuh..)
Kevin didiagnosa Spasmofilia 2+. Artinya : Ada ketidakseimbangan otot syaraf tingkat 2.
Otot syaraf mudah kejang karena tidak seimbangnya ion-ion elektrolit dalam darah.
Dampaknya : mudah capek, otot pegal, kesemutan, sakit kepala, sakit perut, mudah gelisah dan depresi.
Dokter memberikan Calcium Sandoz Forte supaya kalsium ionnya bisa disupply kembali.
Penyakit ini tidak bisa sembuh dan akan terbawa selama hidupnya . Penyakit ini juga akan menurun pada anak-anaknya.
Tiba-tiba aku tersadar....Sepertinya aku juga menjadi salah satu alasan penyumbang penyakit ini.
Aah...sedih rasanya dan merasa sangat tidak mudah menjadi orang tua.
Saat kita ingin anak-anak bisa exist dan survive dikemudian hari - tanpa kita sadari - kita menambahkan depresi kepadanya.
Saat Vin bobo, aku minta maaf padanya. Aku berdoa pada Tuhan untuk membantuku boleh membesarkan anakku tanpa memberikan dia banyak tekanan.
Aku tahu, yang aku butuhkan adalah KESABARAN yang besar untuk bisa melakukan hal ini.... karena Vin sangat aktif, pintar dan amat sangat suka berdebat.
Jelas bukan hal yang mudah....namun, ada keyakinan kuat dalam diriku, jika aku boleh bertindak sabar dalam melatih emosi-emosinya, maka itu adalah obat terbaik buat diri Vin.
Obat dari spasmofilia yang terbaik adalah memberikan kasih sayang dan tidak menambahkan stress dalam diri anak.
Saat anak merasa tenang, ia tidak akan mengalami kekejangan pada otot-ototnya. Aku akan membantu anakku melatih ketenangan dan emosinya, karena obat inilah yang diperlukannya dikemudian hari.
Moral kejadian ini :
Yang terbaik menurut pikiran kita belum tentulah terbaik buat orang-orang yang kita cintai...